Kemarin...
Kau membuatku lumer. Seperti coklat yang melumer karena panas, kau membuat hati ini lumer dengan kehangatan yang kau berikan.
Kemarin...
Melihatmu makan di salah satu tempat makan favoritku dengan lahapnya. Hanya sebuah warung makan kecil, bukan sebuah restoran mewah, dan hatiku berkata 'Walau aku hanya mampu mentraktirmu makan disini, tapi aku bahagia tempat ini bisa membuatmu kenyang dan tersenyum'.
Kemarin...
Kita berbicara banyak. Tentang satu sama lain, tentang masa lalumu, walau kita tidak pernah membahas masa depan. Aku mulai bercerita mimpi-mimpi lain yang ingin kukejar. Kau pun berbagi cita-cita yang sedang kau rangkai. Kita berjalan pada jalan masing-masing. Tidak ada kata kita untuk masa depan. Bahkan tidak ada kata kita untuk masa kini dan masa lalu. Karena kita tidak pernah tercipta diantara kau dan aku.
Kemarin...
Di salah satu kafe ternama Jakarta. Menemanimu di salah satu dunia yang kau sukai. Di bawah temaram cahaya lampu yang rendah, diantara cahaya lilin yang menerangi meja kita, aku melihat kamu bersinar. Ini adalah salah satu dunia yang kau cinta, yang tidak pernah bisa aku masuki. Tapi melihatmu bersinar pun cukup. Lebih dari cukup...
Kemarin...
Aku pulang dengan perasaan hangat dan hati ringan. Bermimpi indah dan berharap hari seperti ini bisa terus terulang. Ingin berbisik "Aku sayang kamu A".
.....
Tiga hari yang lalu...
Mataku bengkak dan hatiku pedih mengetahui tentang dia. Tentang wanita yang menjadi impianmu. Aku pun mulai bertanya, apa yang aku harapkan darimu? Apa yang aku harapkan dari kita?
.....
Hari ini...
Saat logika mulai menguasai kepala. Aku kembali ke dunia nyata dan menguatkan hati kembali. Masa depan itu tidak pernah ada untuk kita A.
0 Response to "Tentang Sebuah Rasa"
Posting Komentar