You would not believe your eyes
If ten million fireflies
Lit up the world as I fell asleep
Cuz they fill the open air
And leave teardrops everywhere
You think me rude, but I would just stand and stare (Fireflies, Owl City)
Saya jatuh cinta seketika saat mendengar lirik lagu tersebut. Fireflies seakan memaparkan kehidupan sejati Adam Young, lelaki jenius di balik band Owl City dengan musik yang bertema technopop, dimana dia selalu mengalami insomnia di setiap malam-malamnya.
I'd like to make myself believe
That planet earth turns slowly
It's hard to say that I'd rather stay awake when I'm asleep
Cuz everything is never as it seems (Fireflies, Owl City)
Sebelumnya jenis musik yang menyertakan electronic instrument di dalamnya seringkali terdengar ajaib di telinga saya, namun Fireflies terasa berbeda. Penempatan instrumen-instrumen electronic dilakukan dengan pas di tiap bait-bait Fireflies membuat lagu terasa enak didengar dan terus terngiang-ngiang sampai lagu selesai diputar, membawa pendengarnya ikut terbawa ke dalam dunia khayalan Adam Young yang dipenuhi dengan kunang-kunang dan ikut menari bersama iramanya. It so dreamy!
Dari sini saya terus-terusan ngedengerin lagu Fireflies dan ngerekomendasiin lagu ini ke temen-temen saya, sayangnya saat saya memutar lagu-lagu lain dari Owl City kok rasanya agak-agak ngebosenin. Technopop yang kental digunakan di setiap lagu-lagunya terasa tidak berbeda jauh antara satu lagu dan lainnya, jadi berasa monoton dan kurang variasi. Ah yasudahlah, mungkin yang nge-hits dari Owl City cuma Fireflies nya, tapi ternyata saya salah sodara-sodara!
Saat Owl City merilis single kedua dari album Ocean Eyes saya langsung lumer! Vanilla Twilight yang dibawakan terasa berbeda dengan musik Owl City sebelumnya, disini emosi Adam Young lebih terasa mengalir ke dalam lagunya, sebuah karya sederhana yang dibawakan dengan apik diiringi dengan nada technopop yang terdengar manis di telinga. Jika sebelumnya Fireflies membawa pendengar ke dunia mimpi maka lewat Vanilla Twilight Adam Young membuai pendengarnya lewat lirik lagu cinta sederhana yang sarat dengan sentuhan instrumen electronic. Lagu cinta belum pernah terdengar begitu semarak, manis, sekaligus lembut dan emosional sampai saya mendengarkan Vanilla Twilight.
I'll watch the night turn light-blue
But it's not the same without you
Because it takes two to whisper quietly
The silence isn't so bad
'Til I look at my hands and feel sad
'Cause the spaces between my fingers
Are right where yours fit perfectly (Vanilla Twilight, Owl City)
Satu fakta lain dari Owl City yang mengejutkan saya, Adam Young ternyata bekerja sendirian di balik nama Owl City. Adam Young lah yang mengerjakan semua lirik dan lagu Owl City, mulai dari menulis lagu dan menyanyikannya, memainkan keyboard, piano, gitar, bass, drum, synthesizers (alat musik penghasil suara-suara electronic instrument), dan meramu semua itu menjadi sebuah lagu yang ciamik dan berbeda dengan band kebanyakan. Ini baru namanya multitasking! Hal lain yang saya suka dari Owl City adalah lagu-lagunya tidak melulu bercerita tentang cinta atau one night stand seperti yang sering dibawakan oleh band-band asal Amerika sana, Adam Young lebih sering bercerita tentang keindahan dan keajaiban alam, dunia mimpi, dan menggunakan perumpaan-perumpaan yang berhubungan dengan alam saat menyampaikan lagu cinta. Lihat saja judul-judul lagunya seperti Rainbow Veins, Alligator Sky, Deer In The Headlights, Dreams Don't Turn to Dust, Honey and The Bee, The Bird and The Worm.
Mas Adam Young :)
Picture taken from here
Dan di saat Jakarta dilanda dengan serbuan artis luar negeri yang mampir untuk manggung di kota ini, saya berjanji jika suatu saat nanti Owl City datang ke Jakarta saya pasti akan hadir untuk menonton langsung. Saya pikir palingan Owl City masih taun depan dateng ke Jakartanya, hits yang dikeluarkan Adam Young kan masih sedikit. Ternyata Java Musikindo cukup berani mengundang Owl City yang masih terbilang baru dikenal publik Indonesia untuk manggung di Jakarta bulan Oktober kemarin. Yey I'm gonna meet Owl City soon.
Tiket presale untuk Owl City dijual beberapa hari sebelum keberangkatan saya ke Skandinavia. Walaupun kere berat karena uang tabungan habis untuk persiapan berangkat tapi saya tetep keukeh nyisihin uang demi bisa lihat Owl City Live. Tapi bencana kemalingan benar-benar membuat saya harus menyusun ulang skala prioritas dan menempatkan Owl City ke posisi bawah. Sedih sih, sedih banget malahan, kapan lagi coba Owl City manggung di Jakarta. Pas denger berita tiket Owl City langsung Sold Out saat presale mimpi saya buat nonton langsung Owl City beneran kandas! Pedih banget. Pengen ngerelain, tapi ga rela, pengen nekat nonton tapi nggak ada tiket. Ngenes abis!
Beberapa bulan setelah kepulangan saya dari Skandinavia tidak sengaja saya membaca tweet Om Adrie Subono yang berbunyi "Masih punya 45 tiket Owl City tapi bingung gimana cara jualnya" langsung saya jawab dengan kepo "Jual ke saya ajaaaa..". Nggak lama Om Adrie langsung meminta nomor telpon saya dan beberapa menit kemudian saya tersambung dengan Om Adrie Subono langsung. Dia meminta saya untuk menghubungi sekretarisnya yang akan mengurus penjualan tiket Owl City sisa ini. Dalam hanya hitungan menit saya langsung membooking tiket Owl City, nggak peduli dengan uang tabungan yang semakin menipis dan terancam minus. Disini saya salut dengan manajemen Java Musikindo dan Om Adrie Subono yang dekat dengan para followers dan publik, mereka nggak segan menjemput bola dan menjawab rentetan pertanyaan penting nggak penting seputar konser yang akan diadakan.
Menjelang hari H saya mulai sering ngedengerin lagu-lagu Owl City demi bisa hapal semua lirik lagunya, tapi ternyata hampir semua lirik lagunya puanjang buangett. Gile si Adam Young kalo bikin lagu imajinasinya liar amat ya, lirik lagunya mirip seperti cerpen, panjang dan menuturkan sebuah cerita. Hari Jumat sore beberapa jam sebelum konser digelar Jakarta diguyur hujan super duper deras. Semua jalan macet, saya stuck di Plaza Senayan dan nggak bisa pergi ke Tennis Indoor karena hujannya terlampau deras. Padahal waktu sudah mepet ke jam 8 malam, untunglah Om Adrie Subono maklum dengan keadaan ini dan mengabarkan konser ditunda beberapa menit via twitter. Akhirnya jam 8 malam lewat 20 menit saya berhasil masuk ke Tennis Indoor dengan sepatu basah kuyup dan badan kedinginan. Tennis Indoor sudah dipenuhi penonton, total 5000 orang memadati konser Owl City malam itu. Tidak lama setelah saya masuk Breanne Düren tampil membuka acara, huff untunglah saya tidak ketinggalan sedikitpun konser Owl City malam ini.
Sepertinya bukan hanya saya yang asing dengan Breanne Düren, hampir semua penonton dan publik Indonesia belum familiar dengan penyanyi ini. Sejatinya Breanne Düren adalah pemain keyboard dan backing vokal di Owl City, Breanne juga menemani Adam Young bernyanyi di beberapa lagu andalan Owl City seperti Honey and The Bee, The Saltwater Room, dan Air Traffic. Suara Breanne yang terdengar terlalu imut dan terlampau dibuat-buat di ketiga lagu ini memang sedikit annoying, namun sepertinya itu hanyalah pengaruh dari electronic instrument yang digunakan. Buktinya Breanne yang tampil solo malam itu memainkan keyboard sambil menyanyi dapat mengeluarkan suara aslinya yang terdengar lebih soft dan manis dibanding saat dia berduet dengan Adam Young. Breanne Düren sendiri telah meluncurkan beberapa single menggunakan namanya sendiri, berusaha keluar dari bayang-bayang Owl City. Penonton kebanyakan diam saat Breanne bernyanyi, jelas karena mereka tidak tahu menahu dengan lagu yang dimainkan. Breanne kelihatan lumayan stress dan frustasi dengan respon yang dia dapat, tapi tetap berusaha menikmati crowd yang ada.
Setelah menyanyikan sekitar 5 lagu, Breanne undur diri dan panggung kembali gelap. Tepat pukul 9 malam band pengiring Owl City mulai memasuki panggung, penonton mulai riuh menanti kedatangan Adam Young, lelaki bertangan dingin yang telah menciptakan Owl City. Adam Young memang memegang peranan sentral dalam mendirikan Owl City, namun dalam setiap konsernya dia selalu membawa band pengiring. Nggak mungkin kan doi bolak balik kesana-sini mainin macem-macem alat musik sambil nyanyi, emangnya dia sirkus. Jadi setelah Breanne Düren masuk kembali dan menempati posisi keyboard (sekaligus backing vokal yang suaranya agak ganggu), disusul dengan beberapa orang lain yang siap memainkan drum, gitar, biola dan cello, akhirnya Adam Young muncul dan langsung memainkan drum untuk memanaskan suasana. Horeee, akhirnya saya bisa nonton Owl City Live!
Welcome to Jakarta Owl City
Nggak lama setelah main drum, Adam langsung membuka konser malam itu dengan lagu The Real World dari album terbaru Owl City yang juga menjadi judul dari konser malam ini "All Things Bright and Beautiful". Adam sepertinya belum mau ngeluarin tenaga penuh untuk ngebuka konser, padahal penonton udah jerit-jerit pake tenaga maksimal. Dengan santai Adam nyanyi bait lagu The Real World "Reality is a lovely place, But I wouldn't wanna live there", yep lirik lagunya Owl City banget yang dreamy dan mengagungkan dunia khayalan. Selesai nyantai dengan The Real World Adam sedikit menghentak lewat lagu Cave In. Buset, ini kan salah satu lagu yang susah payah saya hapalin tapi nggak hapal-hapal. Akhirnya saya cuma sibuk teriak-teriak pas bagian reff, itu pun cuma nyebut-nyebut "Cave In..." yang diulang terus di beberapa bagian lagu. Doh, susah ya kalo nonton konser tapi nggak hapal lagunya.
Rehat sejenak Adam Young menyapa semua pengunjung di Tennis Indoor, keliatan banget excitednya Adam saat ngeliat crowd yang penuh dan khusus dateng demi Owl City. Bahkan Adam hampir speechless ngeliat penonton yang antusias banget menyambut lagu-lagu selanjutnya, Hello Seattle (yang liriknya juga puanjaang bangeett) disambut hangat penonton. Lagu Angels, Swimming In Miami, dan Umbrella Beach yang menyusul bener-bener baru pertama kali saya denger di konser ini (jenis fans yang kurang banyak mengkonsumsi lagu band idolanya). Dalam beberapa rehat sebelum menyambung dengan lagu selanjutnya Adam banyak berkomunikasi dengan penonton, selain itu suara-suara jangkrik dan burung turut diperdengarkan di jeda tersebut "I brought crickets from Minnesota" kata Adam menyebut kota kelahirannya.
"Question Jakarta, do you have fireflies", seru Adam setelah menyanyikan Lonely Lullaby. Sontak seisi Tennis Indoor riuh menyambut kata-kata Adam. Lagu Fireflies dibawakan dengan aransemen yang berbeda dan menghasilkan musik yang lebih menghentak, seluruh penonton mengeluarkan suara dan tenaganya untuk menyanyikan lagu ini. Berturut-turut setelah Fireflies lagu Dreams Don't Turn to Dust yang sarat dengan melodi biola dan cello dimainkan, lagu Kamikaze dan Meteor Shower semakin menambah semarak malam itu. Semua kru dalam band pendukung Owl City bermain sepenuh hati, Adam Young menikmati pertunjukannya dan berterimakasih kepada penonton akan antuasisme mereka. Saya sebagai penonton yang nggak hapal banyak lagu-lagu Owl City berdiri takjub di tengah crowd, terhempaskan oleh siraman lampu-lampu menyilaukan dan suara-suara kencang yang dimainkan apik menghasilkan harmoni keras namun menyenangkan, "this is amazing" seru saya dalam hati dan lanjut teriak-teriak nyanyi bersama ribuan orang lainnya. Yeah, hal menyenangkan dari menonton konser adalah melihat bagaimana seorang artis sangat menghargai penggemarnya selain tentu saja bernyanyi bareng artis tersebut dan merasakan lagu favorit dimainkan dengan cara yang sama sekali berbeda.
Lagu The Yatch Club yang nyandu banget untuk terus diputar berulang-ulang jadi penutup konser malam itu. What? Udahan? Kelar? Belum puaaass... We want more... We want more.. We want more... Dan Adam cs keluar lagi dan ngebawain lagu How I Became the Sea. Adam nggak henti-hentinya ngucapin terimakasih plus merekam crowd malam itu dengan ponselnya, Breanne Düren juga nggak mau kalah dan memotret crowd dengan kamera digital. Sepertinya memang ada tradisi di setiap konser Owl City para personelnya mengabadikan crowd di setiap kota atau negara yang mereka kunjungi. Lagu If My Heart Was a House menutup konser malam itu, semua personel memberikan penghormatan kepada seluruh penonton yang datang. Total 21 lagu dibawakan dalam waktu 1,5 jam oleh Owl City. Memuaskan, tapi tidak terasa klimaksnya. Lagu-lagu terkenal dari Owl City seperti Vanilla Twilight, The Saltwater Room, Honey and The Bee, Rainbow Veins, tidak dibawakan malam itu. Membuat konser seperti kehilangan nyawa utamanya dan membuat saya masih ingin berteriak "I want more!!!".
Rasanya campur aduk saat pulang konser, puas, tapi masih berasa ada yang kurang. Aaargh sebel Vanilla Twilight nggak diputer. Namun malam itu si burung hantu berhasil membius penduduk kota Jakarta yang insomnia di Tennis Indoor Senayan. Owl City, kota burung hantu atau burung hantu kota? Saya lebih suka menyebutnya burung hantu kota, burung hantu yang siap menemani semua orang yang insomnia dengan lagu-lagunya yang unik dan bertema tentang keajaiban dan keindahan alam. Saat berhasil tidur nanti pasti saya mimpi indah setelah dibuai lewat lagu Owl City.
If My Heart Was A House - Owl City
You're the sky that I fell through, and
I remember the view whenever I'm holding you
The sun hung from a string
Looking down on the world as it warmed over everything
CHills run down my spine
As our fingers entwine
And your sides harmonize with mine
Unmistakably, I can still feel your heart beat fast when you dance with me
We got older and I should have known
[do you feel alive?]
That I'd feel colder when I walk alone
[oh but you'll survive]
So I may as well ditch my dismay
[bombs away]
[bombs awayyy]
Circle me and the needle moves gracefully
Back and forth
If my heart was a compass, you'd be North
Risk it all cause I'll catch you if you fall
Wherever you go
If my heart was a house, you'd be home
It makes me smile because you said it best
I would clearly feel blessed if the sun rose up from the west
Flower bomb perfume
All my clothes smell like you cause your favorite shade is navy blue
I walk slowly when I'm on my own
[do you feel alive?]
Yeah but frankly I still feel alone
[oh, but you'll survive]
So I may as well ditch my dismay
[bombs awayyy]
[bombs awayyy]
Circle me and the needle moves gracefully
Back and forth
If my heart was a compass, you'd be North
Risk it all cause I'll catch you if you fall
Wherever you go
If my heart was a house, you'd be home
If my heart was a house, you'd be home
0 Response to "Burung Hantu Kota: Owl City"
Posting Komentar