Waktu teman-teman kantor memutuskan outing tahun ini ke pantai Carita, saya pasrah saja. Walau sama sekali tidak berminat dengan pantai sekelas Anyer maupun Carita, paling tidak tahun ini pilihan teman-teman kantor sudah beralih dari 'gunung' ke 'pantai.' Untuk saya yang anak pantai sejati, ini adalah berkah!
Adalah hal yang wajar jika pantai wisata seperti Carita dan Anyer menjadi salah satu pilihan utama penduduk Jakarta dan sekitarnya untuk menghabiskan waktu bermain di pantai. Dengan jarak tempuh hanya kurang lebih empat jam dari Jakarta membuat dua tempat wisata ini menjadi ramai. Saya sebenarnya paling malas datang ke pantai wisata yang terlalu komersil dan ramai, belum lagi kondisi pantai Carita sendiri sudah tidak begitu cantik karena mendapat terlalu banyak 'sentuhan tangan' pengunjung, pengelola, maupun masyarakatnya sendiri. Namun lagi-lagi saya pasrah. Paling tidak saya bisa melepaskan kerinduan pada laut setelah beberapa trip sebelumnya yang selalu ke gunung. Dan saya mengeset ekspektasi serendah mungkin karena yakin benar pantai Carita tidak akan mampu mengejutkan saya.
Dalam perjalanan menuju pantai Carita, bis melewati pantai Anyer terlebih dahulu. Seperti perkiraan saya, warna air lautnya sama sekali tidak biru, cenderung hijau sedikit kecoklatan. Namun terlihat barisan karang tersembul dekat tepian pantai memecah ombak yang datang. Karang-karang ini mampu membuat fotogenik suasana pantai yang terlihat biasa saja. Hm, not bad.
Semakin memasuki kawasan pantai Anyer barisan hotel, villa, guest house dan semacamnya memenuhi bibir pantai. Menutup pandangan saya dari laut yang membentang di baliknya. Tuh, betul kan, daerah Anyer terlalu penuh dan komersil. Pemandangan jadi berselang-seling, sebentar pantai, banyak hotel, lalu sebentar pantai, kemudian banyak hotel, begitu terus hingga bus sampai ke Villa Mutiara Carita tempat rombongan saya menginap. Selesai check in dan memasukkan ransel saya langsung menuju bibir pantai. Penasaran dengan pemandangan laut dari tempat ini. Dan apa yang saya lihat cukup mengejutkan hingga mampu membuat saya tersenyum lebar.
Tidak hanya terdapat karang dan batu besar untuk dijadikan objek foreground foto, tetapi juga ada sebuah dermaga tua yang tidak difungsikan lagi. Mendadak pantai Carita menjadi beberapa derajat lebih fotogenik dari lensa kamera. Air pantai siang itu sedang surut sehingga memungkinkan saya untuk turun dan mengeksplorasi bibir pantai lebih luas lagi. Dan lagi-lagi saya dikejutkan dengan warna air laut yang jernih bening tanpa sampah. Untuk ukuran pantai wisata yang terlalu komersil dan ramai, ini merupakan sebuah prestasi!
Sekembalinya saya dari pantai menuju villa, beberapa ibu-ibu mendekati dan mewarkan jualannya. Mulai dari pakaian, sendal, ikan asin, sampai jasa lulur dan pijat pun ada. Semua saya tolak dengan halus. Sampai di villa ternyata beberapa ibu-ibu lain sudah nangkring di halaman villa yang kami sewa dan bersemangat berjualan. Nah, inilah alasan lain saya malas berlibur di pantai wisata. Selain ramai pengunjung juga terlalu banyak penduduk sekitar yang berjualan.
Aktivitas yang ditawarkan di pantai Carita tidak banyak. Pilihannya adalah snorkeling atau banana boat. Saya pilih snorkeling, walau tidak ada terumbu karang yang dapat dilihat tapi aktivitas berenang di laut tetap menyenangkan. Terjadi hal menyebalkan saat rombongan saya hendak snorkel, tiba-tiba saja harga yang disepakati di awal berubah menjadi lebih mahal. Ketua rombongan saya sampai gondok karena hal ini sudah terjadi berulang kali. Mulai dari fasilitas villa yang berubah-ubah dan biaya tambahan yang mendadak ada. Oh well, resiko liburan di pantai wisata *sigh*
Ceritanya mau under water selfie, tapi takut soft lense kebawa ombak :))
Sorenya saya siap hunting sunset. Lagi-lagi saya terkejut mendapati sunset di pantai Carita. Langit cerah tak berawan merona, membiaskan warna kemerahan pada permukaan air laut. Salah satu sunset terbaik yang pernah saya lihat. Cantik!
Jika sudah mendapatkan sunset apa bisa melihat sunrise sekaligus di pantai Carita? Ternyata bisa. Dengan berjalan ke arah berlawanan dari tempat sunset kemarin, garis pantai menikung dan mengantarkan saya pada warna kekuningan matahari yang baru naik. Laut berubah warna menjadi keemasan, nelayan melemparkan kail memancing, beberapa perahu terlihat mulai berlayar. Lagi-lagi saya tidak menyangka menemukan pemandangan ini di sebuah pantai wisata komersil.
Saya belajar satu hal dari trip ini. Lebih baik berekspektasi serendah mungkin daripada berharap banyak pada satu tempat yang akan disambangi. Hal-hal kecil yang didapat saat saya berekspektasi rendah cenderung mendapat respon positif dibanding saat saya berekspektasi tinggi. Saat berekspektasi terlalu tinggi saya kurang menghargai hal-hal kecil yang menyenangkan ketika melakukan sebuah perjalanan. Selain itu saya lebih santai menghadapi masalah-masalah yang timbul saat berekspektasi rendah, paling saya hanya membatin 'emang kayak begitu' saat mendapat hal menyebalkan. Sementara saat berekspektasi tinggi saya akan ngedumel 'kok gitu sih' atau 'mustinya nggak begini' saat menemukan kondisi di lapangan tidak sesuai dengan keinginan.
Dan diluar dari hal-hal menyebalkan yang timbul dalam trip saya ke pantai Carita, pantai ini memberikan beberapa frame terbaiknya untuk saya.
0 Response to "Unexpected Carita"
Posting Komentar